Marine Inside

Beranda » 2013 » April

Monthly Archives: April 2013

Take Over KPR Dari BNI Syariah

     Sesuai judul di atas pada kesempatan ini saya akan sedikit berbagi cerita tentang TAKE OVER KREDIT KPR di BNI Syariah. Sudah menjadi komitmen saya dan juga menjadi tekad awal saya sejak pertama kali memutuskan untuk berkeluarga dan berusaha untuk menjadikan keluargaku menjadi sebuah keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah sesuai dengan tuntunan dan ajaran nabi Muhammad SAW, dan insya alloh selalu berada dalam koridor-koridor Islami. Untuk itu, setelah mempersunting mantan pacar yang saat ini  sudah menjadi istri,  saya mengutarakan niat baik saya selama ini, bahwasannya saya ingin memiliki dan tinggal di rumah sendiri. Pada suatu kesempatan saya mengutarakan kepada istri tercinta saya ” bunda, papa pengen kita punya rumah sendiri, walaupun itu kecil dan walaupun hanya sebuah gubuk yang penting punya kita sendiri. Saya sampai kan dengan istri sebuah pepatah yang ada di daerah kelahiran saya lampung Barat bunyinya ” Jauh seperti bunga dekat seperti tahi kotok/tahi ayam”. Saya menyampaikan pepatah tersebut dengan istri saya karena pada saat telah menikah saya dan istri sempat mengutarakan niat kami untuk membeli rumah sendiri kepada Mertua saya atau orang tua dari istri. Apa jawaban bapak mertua saya waktu itu, mending gak usah kalian beli rumah, tempatin aja rumah yang ada di sebelah bapak. mendingan kalau kalian berdua memang memiliki tabungan di tabung aja atau untuk membeli kendaraan. itulah jawaban yang saya dapat dari bapak mertua ketika pertama kali mengutarakan niat untuk memiliki rumah sendiri. Ada suatu ungkapan yang pernah saya dapatkan dan saya lupa siapa yang pertama kali menyampaikan ungkapan ini ” Kalau kamu lahir ke dunia ini dalam keadaan miskin itu bukan salahmu, akan tetapi jika kamu meninggal dunia dalam keadaan miskin itu salahmu”. Saya memang bukan berasal dari keluarga yang berada kebetulan kedua orang tua saya telah berpisah sejak saya masih berumur kurang lebih satu tahun. Sejak saat itu saya di besarkan oleh ibu saya seorang diri dan disekolahkan oleh saudara. oleh karena itu pada saat memutuskan untuk pacaran dengan istri, ibu saya mengatakan ” apa kamu serius dengan dia maksudnya istri saya, kamu lihat mereka orang yang berada sedangkan kita orang yang tidak punya. Akan tetapi karena memang niat saya untuk serius dan berencana membina rumah tangga dengan istri saya yang pada waktu itu masih status pacaran maka dengan mantap saya katakan dengan ibu saya bahwasannya saya mencinta dia (istri saya) bukan mencintai harta orang tuanya.

     Kembali ke cerita awal jadi memang istri saya ini yang Alhamdulillah bisa dikatakan berasal dari keluarga yang menengah sehingga mereka yang berjumlah 4 saudara telah dibuatkan oleh orang tuanya rumah masing – masing. Walaupun pada saat tulisan ini di buat belum ada pernyataan resmi dari mertua saya bahwasannya rumah ini untuk si anu dan rumah ini untuk si itu. akan tetapi menurut pandangan dari kaca mata saya, mereka empat saudara dan orang tuanya memiliki empat rumah sehingga asumsi saya mengatakan bahwa anaknya telah di buatkan satu rumah untuk satu orang. Oleh karena itu pada saat saya mengutarakan kepada mertua untuk memiliki rumah malah di suruh untuk menempati salah satu rumah yang ada di sebelah rumah mertua saat ini. Akan tetapi karena didorong oleh perasaan dan gengsi saya sebagai kepala rumah tangga maka saya katakan dengan istri saya tidak mau menempati rumah punya mertua saya, saya pengennya memiliki rumah sendiri biarpun kecil itu rumah kita sehingga saya melontarkan pribahasa tadi ” Jauh seperti bunga dengan seperti tahi kotok” yang artinya kalau kita jauh atau tinggal berjauhan  dengan mertua maka pada saat kita bertemu itu seperti kangen terus dan semuanya terlihat baik. Akan tetapi pada saat kita tinggal berdekatan atau tinggal satu rumah dengan mertua memang pada awalnya semua terasa indah dan seperti tidak ada masalah. Akan tetapi setelah sekian lama kita hidup bersama pasti akan terlihat juga hal-hal yang tidak enaknya ataupun keburukannya baik itu keburukan kita dimata mertua ataupun sebaliknya.

     Tekad saya sudah bulat saya harus punya rumah sendiri maka sekali waktu saya ajak istri saya untuk pergi ke gramedia untuk mencari buku-buku tentang KPR dan cara-caranya. Beberapa hari sebelumnya saya telah mencoba untuk berselancar di dunia maya untuk mencari cara-cara melakukan KPR, mulai dari membaca pengalaman teman-teman yang sudah duluan mengambil KPR sampai  buku-buku referenci yang di berikan. Sesampainya di gramedia saya langsung mencari buku yang berkaitan dengan KPR dan cara-caranya, di gramedia memang gudangnya buku saya malah sering menjulukinya PALUGADA artinya Apa loe mau gw ada. Banyak sekali buku-buku tentang KPR berikut trik-triknya. Setelah membaca resume beberapa buku akhirnya saya memutuskan untuk membeli sebuah buku tentang KPR saya agak lupa judul bukunya apa yang pasti didalamnya terlampir cara – cara dalam pengajuan KPR. Tidak membutuhkan waktu yang lama sesampainya di rumah buku tersebut langsung saya lahap habis dari halam pertama sampai halam terakhir. Akan tetapi yang perlu saya garis bawahi dalam buku tersebut di katakan yang paling utama harus di lakukan adalah “Action” atau tindakan. Percuma kita memiliki ilmu dan teori yang banyak akan tetapi tindakannya Nol maka sama saja dengan bohong. Setelah saya membaca habis trik dan saran yang ada didalam buku yang telah saya beli di gramedia tersebut semakin mengukuhkan niat saya untuk memiliki rumah.

     Kata-kata  saya pengen punya rumah dan saya pasti bisa itu selalu teriang-iang di telinga saya kemanapun saya pergi. Pada saat tulisan ini di buat istri saya telah bekerja di cirebon dia bekerja sebagai karyawan di salah satu bank syariah di cirebon sedangkan saya bekerja di Kementerian Perhubungan RI yang berkantor di satker tangerang sehingga setiap akhir pekan saya pulang ke cirebon. Banyak teman-teman saya meledek dengan sebutan PJKA artinya pulang Jumat kembali Ahad. Di tengah perjalan menuju ke tangerang dengan menumpak cirebon express saya masih terbayang dengan tulisan yang ada di buku yang telah saya baca kemudian saya memutar otak bagaimana caranya untuk mengumpulkan uang sebagai modal untuk KPR yang pertama kali. Sambil termenung didalam kereta yang sedang melaju alhamdulillah tuhan memberikan petunjuk kepada saya dengan sebuah ilham saya bergumam didalam hati “Dunia ini milik Alloh Swt, saya percaya dan beriman kepada-Nya sedangkan dunia beserta isinya ini milikNya. Tidak ada suatu apapun yang dapat berkehendak tanpa seizin dariNya. Olehkarena itu, saya bergumam kenapa saya tidak membeli rumah dengan Alloh saja toh dunia ini milikNya sangat mudah bagiNya kalau hanya untuk sebuah rumah. Setelah bergumam seperti itu tidak lama kemudian istri saya menelphon, akan tetapi saya menuliskan pengalaman ini bukan bermaksud untuk riya akan tetapi semata-mata untuk berbagi pengalaman. Bismillahirrohmannirrohim, jadi ditengah perjalanan tersebut istri saya menelphon dan mengatakan bahwa anak dari satpam di kantornya sedang di rawat di rumah sakit dan sekarang sedang sekarat tentunya juga membutuhkan bantuan biaya. Istri saya mengatakan ” “pa bagaimana kalau kita bantu pak K soalnya berapa sich gaji dia untuk seorang satpam”. Mendengar penuturan istri saya maka saya katakan ya udah bunda sumbang saja ke pak K sebesar Rp. 3000 000 (Tiga Juta) dan niatkan bahwa kita ingin membeli rumah sedangkan duitnya belum cukup dan insya alloh tuhan akan memberikan kemudahan bagi kita untuk dapat membeli rumah karena saya percaya dengan kekutan sedekah bahwa kita tidak akan pernah jatuh miskin dengan bersedekah.

     Setelah beberapa hari kemudian disinilah mukjizat alloh terlimpah kepada keluarga kami dan saya semakin percaya bahwa Alloh akan memberikan rezeki kepada hambanya dari segala arah yang tidak terduga-duga. Pada saat saya sedang berada di kantor adik saya yang tinggal di bekasi menelphon dan mengatakan bahwa rumah yang di hook yang dulu di sewa untuk jualan roti sekarang di jual dan ada tulisan dijualnya serta adik saya memberikan nomer telphon dengan mengatakan “bang ini nomer telephon yang punyanya kalau abang mau tanya-tanya”. Tanpa pikir panjang saya langsung menghubungi nomer yang di berikan oleh adik saya tersebut dan setelah beberapa kali nada panggil di seberang sana menjawab seorang ini ” hallo Assalamualikum Wr Wb. Saya langsung menjawab Waalaikumsalam Wr Wb, ibu saya David. saya mendapat informasi dari adik saya bahwa rumah ibu yang ada di alamt xxxxx di jual, apa betul bu ? kemudian dia menjawab iya mas saya bu Eny memang betul mau dijual mas tau dari siapa ? saya langsung menjawab saya dapat info dari adik saya bu, tapi sebelum saya mengajukan penawaran saya mau tanya dulu bu. iya boleh katanya, begini bu saya memang lagi mencari rumah yang di sekitar Taman Wisma Asri karena dekat dengan orang tua saya dan juga mertua saya tapi tabungan saya belum cukup kalau untuk membeli secara cash atau tunai, boleh gak nanti rumah ibu saya twarkan ke bank untuk KPR? maka ibu Eny tadi menjawab gak papa mas silahkan aja yang penting saya kan prinsipnya rumah itu laku. iya bu kata saya insya alloh nanti jumat ini saya pulang ke bekasi dan saya akan melihat lihat rumahnya.

     Pada hari jumat diakhir pekannya saya pulang ke bekasi dan mendatangi rumah tersebut. Saya bertemu langsung dengan ibu Eny dan diminta untuk melihat langsung rumahnya. Didalam rumah tersebut sedang ada tukang yang sedang melakukan pengecatan dan saya melihat lihat bagian dalam rumah tersebut sambil bergumam dengan tukang ” Mas ini udah ada yang nawar belum ?”  ada mas kata tukangnya tapi kayaknya belum deal, maka saya secara spontan mengatakan kayaknya ini jodoh saya dech mas. dan tukangnya menjawab ya mudah-mudahan aja rezekinya mas (maksudnya saya). Setelah puas melihat-lihat rumah tersebut saya kemabli ke bu Eny dan menayakan rencananya di jual berapa bu ? dan ibu Eny mengatakan kalau saya mintanya 315 Juta mas katanya, waduch kata saya uang dari mana ini. Maka saya mencoba untuk menawar gak kurang lagi bu ? gak bisa 275 juta gitu? gini aja mas kata bu Eny kalau memang mas berminat dengan rumah itu saya minta bersihnya 300 juta dech udah itu bersih dan saya tidak mau menanggung biaya apa-apa lagi kecuali biaya untuk waris, karena memang pada saat itu rumah tersebut berstatus warisan. Maka dengan seizin Alloh saya menyanggupi penawaran tersebut dengan mengajukan syarat meminta waktu untuk melakukan penawaran KPR di bank. Alhamdulillah bu Eny berbaik hati gini aja mas saya kasih waktu mas satu bulan untuk mengajukan KPR di bank akan tetapi saya minta tanda jadi biar gak ada lagi orang yang nawar-nawarnya. Maka sayapun menyetujui dengan memberikan tanda jadi 5 juta. Setelah kembali bekerja pada hari seninnya saya langsung menghadap bagian keuangan dan menyampaikan keinginan saya dan tak lupa minta dibuatkan slip gaji. Setelah semua berkas berkas terkumpul saya langsung mengajak istri untuk memasukkan ke beberapa bank untuk pengajuan KPR diantaranya Bank DKI Syariah dan Bank BNI Syariah karena memang berkeinginan untuk menjalankan syariat islam makanya saya hanya memilih bank syariah untuk pengajuan KRP. Pada saat saya melakukan pengajuan KPR tersebut posisi istri saya sedang hamil tua dan hanya tinggal menghitung hari untuk melahirkan karena memang dia saat itu sudah dalam posisi cuti melahirkan dari kantornya.

     Tepat pada tanggal 29 July 2012 putra pertama kami lahir di RS. Ana bekasi dan dengan mengucap syukur yang tiada henti-hentinya saya lapazakan Alhamdulillah karena telah di karunia seorang putra yang sehat jasmani dan insya alloh dengan ruhaninya. Maka saya beri nama dia dengan nama CHICO MALIK ALVARO artinya anak laki-laki pertama yang akan menjadi pemimpin yang bijaksana. Keesokan harinya setelah putra pertama kami lahir Alhamdulillah Bank DKIS menelphon dan mengatakan KPR bapak di terima dan mendapatkan plafon 234 jutaan sedangkan waktu itu saya mengajukan KPR sebesar 270 juta. Setelah bank DKIS menelphon saya mencoba untuk menanyakan dengan bank BNIS dan alhamdulillah mendapatkan jawaban KPR bapak di terima dan mendapatkan plafon sebesar 264 juta. Setelah berembuk dengan istri dan karena memang mendekati nominal yang kami ajukan maka saya dengan istri mengambil plafon yang di berikan oleh BNIS dan saya langsung menelphon DKIS dan meminta maaf karena tidak mengambil plafon yang diberikan oleh mereka dan alhamdulillah mereka bisa memahaminya.

     Setelah beberapa hari dari kelahiran bayi kami saya dan istri terus melakukan komunikasi dengan pihak bank BNIS akan tetapi berhubung pada saat itu sudah mendekati libur lebaran maka pihak BNIS menginformasikan bahwa kemungkinan proses KPR nya akan diteruskan setelah libur lebaran. Disamping itu hal lain yang terjadi adalah dikarenakan rumah tersebut masih berstatus rumah warisan dari pemiliknya maka saya dan istri menunggu terlebih dahulu dari notaris pembuat akte waris untuk selesai diubuatkan akte waris terlebih dahulu, karena pihak BNIS tidak akan memproses KPR yang saya ajukan jika status rumah belum jelas. Dan lebih celakanya lagi pihak notaris belum bisa menyelesaikan berkasnya sebelum libur lebaran dan terpaksa harus di tunda sampai dengan selesai libur lebaran.

Proses Akad Kredit 

     Setelah kegiatan kantor kembali dimulai paska libur lebaran saya mendapat kabar dari BNIS bahwa KPR nya telah di proses dan akan diadakan akad. Pada hari dilaksanakan akad saya dan istri langsung menuju bank BNIS cabang bekasi disana kami dipersilahkan untuk menunggu beberapa saat dikarenkan notarisnya belum hadir. Disalah satu ruang di BNIS kami duduk bersama ada saya dan istri selaku pembeli, pihak pemilik rumah, notaris dan pegawai bank BNIS. Proses akadnya tidak terlalu lama setelah pihak bank membacakan beberapa aturan yang terkait dengan KPR kemudian pihak bank langsung menyerahkan proses selanjutnya dengan pihak notaris. Sayapun selaku pembeli rumah diberikan kesempatan untuk membaca terlebih dahulu isi perjanjian yang tercantum dalam surat-surat KPR. Pada saat akad kredit dengan system murabahah saya mendapat pembiayaan Rp. 264 000 000 selama jangka waktu 15 tahun, dan setelah dihitung oleh pihak bank dan mereka menyampaikan bahwa bank mengambil margin lebih kurang 100% untuk jangka waktu 15 tahun sehingga hutang saya menjadi kurang lebih Rp. 600 000 000 dengan perincian cicilan perbulannya sebesar Rp. 3400 000 an (Saya agak lupa pecahannya). Disela sela akad KPR saya sempat bertanya kepada pihak bank, jika di kemudian hari saya memiliki dana yang cukup dan mempunyai niatan untuk melunasi hutang-hutang saya, apakah saya boleh melunasi hutang saya tersebut walaupun belum mencapai 15 tahun. Pada saat itu seingat saya pihak bank menyampaikan BOLEH asalakan cicilannya sudah berjalan selama satu tahun. Jika saya akan melakukan pelunasan percepatan maka bank akan menghitung terlebih dahulu berapa sisa pokok pinjaman saya ditambahkan dengan 1 (satu) kali margin berjalan plus biaya administrasi. Syukur Alhamdulillah proses akad telah selesai dilaksanakan dan saya merasa sangat lega karena apa yang saya idam-idamkan selama ini syukur alhamdulillah bisa terwujud.

PROSES TAKE OVER

     Setelah selesai dilakukannya akad maka saya langsung di serahkan kunci rumah oleh pemilik sebelumnya, kemudian saya mulai berembuk dengan istri untuk melakukan renovasi kecil-kecilan. Pada saat cicilan telah berjalan 7 bulan saya mendapatkan tawaran untuk melanjutkan sekolah S2 di jepang tepatnya di Universitas  Kobe karena satu tahun sebelumnya saya pernah mengikuti pendidikan singkat di Marine Technical College (MTC), Ashiya jepang dan sepulangnya dari jepang saya masih tetap melakukan komunikasi dengan bekas professor saya disana sehingga saya bisa mendapatkan tawaran beasiswa untuk sekolah di Universitas Kobe. Mendapatkan tawaran untuk sekolah di jepang membuat saya sangat bahagia di campur dengan sedih  serta bingung. Pertama yang membuat saya bahagia di karenakan saya memang memiliki cita-cita untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri dan saat inilah kesempatan itu datang. Akan tetapi di satu sisi saya mengalami kebingungan sekaligus juga sedih dikarenakan saya teringat hutang saya di BNIS dan baru berjalan 7 bulan. Dalam pikiran saya selaku manusia dan menggunakan hitung-hitungan kalkulator otak kiri, jika saya berangkat ke jepang siapa yang akan melunasi hutang-hutang saya atau mencicil hutang saya ? itulah pikiran yang berkecamuk dalam pikiran saya sehingga membuat saya bingung sekaligus sedih.

     Setelah merenung beberapa hari dan melaului pemikiran yang cukup lama akhirnya saya memutuskan untuk belum mengambil tawaran beasiswa yang ditawarkan oleh Universitas Kobe dan saya harus mengubur sementara waktu niat dan keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Ditengah kebinguan saya mungkin sudah mulai lupa pada prinsip saya yang percaya dengan kekuatan Alloh dan akan datang dari berbagai arah, pada suatu waktu istri saya menelphon dan mengatakan “pa bunda hari ini mengisi formulir untuk pengajuan pinjaman lunak dan mohon doanya semoga di setujui”. saya menjawab insya alloh mudah-mudahan Alloha akan memberikan jalan yang terbaik bagi keluarga kita. Memang kehidupan kita didunia ini, jangankan satu tahun kedepan satu menit atau satu detik kedepan saja kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Begitu pula dengan saya Alhamdulillah formulir pinjaman yang di ajukan oleh istri saya di kantor tempatnya bekerja di terima. Pada saat itu istri saya mengajukan pinjaman sebesar Rp 300 000 000 dan setelah melalui beberapa proses akhirnya istri saya hanya mendapatkan pinjaman sebesar Rp. 237 000 000 dan kabar baik ini saya terima dengan haru sekaligus bersyukur kepada tuhan atas limpahan rahmat yang diberikan olehNya karena pada saat istri saya memasukkan formulir pinjaman dia mengatakan dengan saya ” pa kalau pengajuan pinjaman bunda di setujui insya alloh cicilan kita akan lebih murah hanya sekitar Rp. 2 000 000 / bulan itu jauh sekali dengan cicilan yang harus kita bayar sebelumya. Jadi kalau itu disetujui papa bisa melanjutkan sekolah keluar negeri karena insya alloh bunda bisa membayar cicilan rumah tiap bulannya walaupun nanti papa selama mengikuti sekolah tidak bisa membantu untuk cicilan rumah.

     Setelah mendapatkan kepastian dari pihak kantor istri bahwasannya dia akan  mendapatkan pinjaman lunak sebesar Rp 237 000 000 maka saya langsung diminta oleh istri untuk menghubungi pihak BNIS untuk menanyakan prosedur jika akan melakukan Take over atau pelunasan percepatan. Pada saat itu saya langsung menghubungi marketing yang dulu menangani KPR saya untuk pertama saya biasa memanggilnya mba kiky. Saya mencoba untuk menghubungi mba kiky dan menanyakan bagaimana prosedur jika akan melakukan pelunasan cepat dan mba kiky menjawab mohon maaf pak itu bukan bagian saya, nanti akan saya tanyakan dulu dengan atasan saya dan nanti akan saya kabarkan lagi dengan bapak. Pada keesokan harinya saya belum juga mendapat kabar akan istri saya ternyata sudah melakukan komunikasi duluan dengan mba kiky dan mendapatkan jawaban bahwa saya tidak bisa melakukan pelunasan percepatan dengan alasan belum melakukan cicilan selama 1 (satu) tahun. Kemudian saya kembali menayakan  apakah tidak ada solusi lainnya karena untuk mencapai satu tahun cicilan hanya menisakan waktu 5 bulan lagi. Kemudian dari pihak bank yang di wakilkan oleh mba kiky tadi mengatakan nanti saya tanyakan dulu pak dengan atasan saya, dan meyampaikan oke mba kiky insya alloh dalam beberapa hari kedepan saya akan datang langsung ke kantor BNIS bekasi dan bertemu langsung denga atasannya. Satu minggu kemudian tepatnya hari selasa seminggu setelah saya melakukan pembicaraan lewat telephon saya datang ke kantor BNIS dan bertemu dengan salah satu atasan mba kiky dan menyampaikan maksud kedatangan saya bahwasannya saya berencana untuk melanjutkan pendidikan keluar negeri lebih kurang selam 2 sampai 3 tahun kedepan dan saya khwatir jika saya sekolah nanti malah cicilan saya akan macet  karena itu bukan waktu yang singkat disamping itu istri saya mendapatkan pinjaman lunak pegawai dari kantornya. Saya juga mengajukan penulasan percepatan ini karena dulu saya pernah menyakan tentang pelunasan percepatan dan jawabannya bisa asalkan sudah mencicil selama 1 tahun. Akan tetapi jawaban itu hanya disampaikan secara lisan.

     Setelah saya menceritakan keadaan yang sebenarnya Alhamdulillah atasan mba kiky saya lupa namanya beliau bisa memahami dan beliau menyampaikan memang kami selaku pihak bank memang menyampaiakn kepada nasabah untuk melakukan pelunasan percepatan sebisa mungkin setelah mencicil lebih dari satu tahun dikarenakan kalau kurang dari satu satu pihak nasabah akan mengalami kerugian karena dana yang sudah dibayarkan untuk notaris dan lain-lainnya tidak bisa dikembalikan oleh pihak bank. Beliau juga menyampaikan memang ada beberapa biaya yang bisa dikembalikan contohnya asuransi. Setelah memberikan penjelasan yang saya rasa sudah sangat jelas sekali dan sayapun merasa puas beliau meminta kepada mba kiky untuk membuatkan surat permohonan saya kepada pihak bank BNIS untuk melakukan pelunasan percepatan. Alhamdulillah pihak bank BNIS sangat kooperatif sekali dengan nasabahnya dan saya tidak menyesal untuk bisa menjadi nasabah BNIS. terimakasih BNIS karena atas jasa dari BNIS lah saya bisa memiliki rumah impian saya.

Masih dalam revisi